Selasa, 17 Juni 2014

retorika

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
     Diantara karunia allah SWT yang paling besar bagi manusia adalah  kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
     Jauh sebelum lambang-lambang tulisan digunakan, manusia telah menggunakan berbicara sebagai alat komunikasi. Berbicara sendiri memiliki beberapa kelebihan seperti : Berbicara lebih akrab, lebih pribadi, dan lebih manusiawi. Maka tidak heran kalau ilmu berbicara telah dan sedang menjadi perhatian manusia.
     Kemampuan berbicara sendiri bisa merupakan bakat. Tetapi kepaduan berbicara yang baik memerlukan latihan. Retorika sebagai ilmu berbicara sebenarnya diperlukan setiap manusia. Menurut  Aristoteles  seorang filsuf yang terkenal mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan secara persuatif dan objek suatu kasus. Pengetahuan mengenai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat  dalam menjunjung kemahiran serta keberhasilan seni atau praktik berbicara.
     Atas dasar penjelasan diatas kami mencoba untuk membahas dan mempelajari masalah tentang RETORIKA.


1.2 Rumusan Masalah
     Untuk mempermudah pembaca untuk memahami isi makalah ini, penulis mencoba mengelompokan uaraian-uraian dalam makalah ini menjadi beberapa garis besar yang pada initnya membahas :
1.      Pengertian Retorika
2.      Sejarah Retorika
3.      Gaya Bahasa Retorika
4.      Prinsip-Prinsip Dasar Retorika
5.      Pembagian Retorika
6.      Retorika Dalam Pendidikan
7.      Hubungan Retorika Dengan Pidato
8.      Manfaat Retorik


1.3 Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui Dan Memahami Tentang Retorika
2.      Menambah Wawasan Dan Pengetahuan
3.      Memperbaiki Cara Bicara Didalam Kehidupan Sehari-hari
4.      Menjadi Bahan Bacaan Yang Menarik Dan Bermanfaat


    










                                                     



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Retorika
Kata Retorika berasal dari bahasa Yunani “RHETOR” atau bahasa Inggris “ORATOR”  yang berarti  “kemahiran dalam berbicara dihadapan umum”. I Gusti Ngurah Oka memberikan definisi sebagai berikut “Ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha yang untuk dalam persiapan, kerjasama, serta kedamaian ditengah masyarakat”.  Dengan demikian termasuk dalam cakupan pengertian Retorika adalah “Kemahiran dan kelancaran berbicara, Kemampuan memproduksi gagasan, Kemampuan mensosialisasikan sehingga mampu mempengaruhi audience. Dari cakupan pengertian diatas, maka ada dua hal yang perlu ditarik dandiperhatikan,  yaitu kemahiran atau seni dan ilmu. Retorika sebagai kemahiran atau seni yang sudah pasti mengandung unsur bakat (nativisme). Kemudian retorika sebagai ilmu akan mengandung unsur pengalaman (empirisme) yang biasa digali, dipelajari dan diinventarisasikan. Hanya sedikit perbedaan bagi mereka yang sudah mempunyai bakat akan berkembang lebih cepat, sedangkan bagi yang tidak mempunyai bakat akan berjalandengan lamban.

2.2 Sejarah Retorika
2.2.1 Zaman Yunani
        Para ahli komunikasi berpendapat bahwa retorika sudah ada sejak manusia ada. Tetpai retorika sebagai seni komunikasi mulai di pelajari pada abad ke-5 SM, ketika kaum sofis di yunani mengembara dari  satu tempat ketempat yang lain untuk mengajarkan pengetahuan mengenai politik dan pemerintahan dengan penekanan pada kemampuan berpidato.
        Kaum sofis berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Tokoh aliran Sofisme sekaligus sebagai guru Retorika yang pertama adalah Georgias (480-370). Georgias menyatakan bahwa kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan jika tercapai kemenangan dalam pembicaraan.
        Peranan retorika dapat dilihat dalam demokrasi yaitu seorang tokoh yang terkenal orator bernama Demmosthenes (384-332) pada zaman yunani sangat termashur disebabkan kegigihannya mempertahankan kemerdekaan Athena dari ancaman Raja Philippus dari Macedonia.
        Menurut  Aristoteles  seorang filsuf yang terkenal mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan secara persuatif dan objek suatu kasus. Pengetahuan mengenai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat  dalam menjunjung kemahiran serta keberhasilan seni atau praktik berbicara.

2.2.2 Zaman Romawi Kuno
        Marcus Tulis (106-43 SM) adalah pengembang retorika yang terkenal karena suaranya dan bukunya yang berjudul de Orator. Sebagai orator yang ulung. Cicero mempunyai suara yang berat mengalun pada suatu saat keras menggema di waktu lain merayu bahkan kadang-kadang pidatonya disertai cucuran air mata.
        Sebagai seorang tokoh Retorika, cicero meningkatkan kecakapan retorika menjadi suatu ilmu. Cicero berpendapat bahwa retorika mempunyai tujuan pokok yang bersifat suasio (anjuran) dan dissuasio (penolakan). Panduan dari kedua sifat itu di jumpai terutama dalam pidato peradilan dimuka senat Roma. Pada saat itu tujuan pidato di muka pengadilan adalah untuk  menyadarkan publik tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan rakyat. Perundangan negara, dan keputusan yang akan di ambil. Hal ini menurut cicero hanya dapat di capai dengan menggunakan teknik dissuasio apabila terdapat kekeliruan atau pelanggaran dalam hubungannya dengan undnag-undang. Atau susio jika akan mengajak masyarakat untuk mematuhi undang-undang dan keadilan.
2.2.3 Zaman Modern
Munculnya tokoh-tokoh yang dikenal sebagai orator kenamaan pada abad ke-17 di eropa seperti Oliver Cromwell dan Lord Bollingbroke. Cromwell adalah tokoh termanshur dalam pertengahan abad ke-17. Retorika biasanya berkembang pada masa-masa krisis. Demikian pila kemunculan Cromwell di inggris itu. Dalam mengajarkan teknik retorika Cromwell mengatakan bahwa melaksanakan retorika harus :
1.      Mengulang hal-hal yang penting
2.      Menyesuiakan diri dengan sikap lawan
3.      Bila perlu tidak meninggung persoalan
4.      Membiarkan orang-orang menarik kesimpulan sendiri-sendiri
5.      Menunggu reaksi
        Tokoh retorika lain di inggris adalah Henry Bolingbroke mengatakan bahwa bila kekuasaan politik berlandaskan kekuatan fisik maka retorika kekuatan mental.
        Pada abad ke-20 orator terkenal di inggris adalah Sir Wiston Chur-chil pada saat dunia berkecamuk. Churcill terkenal karena keberhasilannya dalam menggerakkan bangsa inggris yang mula-mula anti perang untuk melawan Nazi jerman sehingga terbangkitlah keberanian rakyat inggris.
        Ahli retorika jerman yaitu Adolf Hitler yang berhasil memukau rakyat jerman sehingga bersedia melakukan apapun juga. Resep Hitler dalam retorikanya adalah mengunggulkan diri sendiri, membusukkan dan menakut-nakuti lawan kemudian menghancurkannya. Hakikat retorika Hitler adalah senjata psikis untuk memelihara massa dalam keadaan operbudakan psikis.
        Sedangkan orator yang dianggap mimbrawan terbesar pada abad ke-20 adalah jeans jaures dari Prancis. Jika juares berpidato para pendengarnya lantas mendapatkan perasaan cinta akan semua manusia seolah-olah akan memeluk setiap manusia.

2.3 Gaya Bahasa Retorika
1.      Metafora (menerangkan sesuatu yang sebelumnya tidak dikenal dengan   mengidentifikasikannya dengan sesuatu yang dapat disadari secara langsung, jelas dan dikenal, tamsil).
2.      Monopoli Semantik (penafsir tunggal yang memaksakan kehendak atas teks yang multi-interpretatif).
3.      Fantasy Themes (tema-tema yang dimunculkan oleh penggunaan kata atau istilah yang  bisa memukau khalayak).
4.      Labelling (penjulukan audiens diarahkan untuk menyalahkan orang lain).
5.      Kreasi Citra (mencitrakan positif pada satu pihak, biasanya si subjek yang berbicara).
6.      Kata Topeng (kosa kata untuk mengaburkan makna harfiahnya atau realitas sesungguhnya).
7.      Kategorisasi (menyudutkan pihak lain atau skenario menghadapi musuh yang terlalu kuat, dengan memecah-belah kelompok lawan).
8.      Gobbledygook (menggunakan kata berbelit-belit, abstrak dan tidak secara langsung menunjuk kepada tema, jawaban normatif).
9.      Apostrof (pengalihan amanat dengan menggunakan proses, kondisi, pihak lain yang tidak hadir sebagai kambing hitam yang bertanggung jawab kepada suatu masalah).

2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Retorika
     Retorika atau ilmu komunikasi adalah cara pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang akan digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.
Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi yang ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan lebih ditekankan pada kemampuan berbahasa secara lisan. Suatu komunikasi akan tetap bertitik tolak dari beberapa macam prinsip.
Prinsip-Prinsip Dasar  Retorika  :
1.      Penguasaan secara aktif sejumlah kosa kata bahasa yang dikuasainya. Semakin besar jumlah kosa kata yang dikuasai secara aktif semakin besar kemampuan memilih kata-kata yang tepat dan sesuai untuk menyampaikan pikiran.
2.      Penguasaan secara aktif kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan pembicara menggunakan bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan konotasi yang berbeda-beda.
3.      Mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa dan mampu menciptakan gaya bahasa yang hidup dan baru untuk lebih menarik perhatian pendengar dan lebih memudahkan penyampaian pikiran pembicara.
4.      Memiliki kemampuan penalaran yang baik sehingga pikiran pembicara dapat disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis.
     Bagi calon pemimpin, pengetahuan tentang Retorika sangatlah penting. Setiap calon pemimpin selain ia harus berwawasan yang luas juga dituntut harus mempunyai keterampilan berkomunikasi atau berbicara yang baik. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan, kepasihan berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu, calon pemimpin juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal. Pengetahuan tentang ciri-ciri pembicara yang baik sangat bermanfaat bagi mereka yang sudah tergolong pembicara yang kurang baik dan bagi pembicara dalam tarap belajar.

2.5 Pembagian Retorika
     Retorika adalah bagian dari ilmu bahsa (Linguistik), khususnya ilmu bina bicara (Sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara mencakup :
1.      Monologika
     Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog. Di mana hanya seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah dan deklamasi.

2.      Dialogika
     Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog. Di mana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat.

3.      Pembinaan Teknik Bicara
     Efektivitas  monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas. Teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.

4.      Alasan Untuk Mempelajari Retorika
     Didalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh, yang memiliki kepandaian didalam hal berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian dan bidang sosial. Kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sangat diandalkan.
     Dalam sejarah dunia justru kepadaian berbicara atau berpidato merupakan instrument utama untuk mempengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain. Pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang-bidang dibawah ini :
a.      Kemampuan Pribadi
     Menguasai ilmu retorika dan keterampilan dalam mempergunakan bahasa secara tepat, dapat meningkatkan kemampuan pribadi orang yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungannya antara lain :
Ø  Rasa tertekan, tegang, takut dan cemas di depan public dapat dikurangi atau dilenyapkan.
Ø  Kesadaran dan kepercayaan terhadap diri dapat semakin bertambah.
Ø  Artikulasi dalam mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas.
Ø  Dapat memperluas perbendaharaan kata.
Ø  Dapat menjadi lebih terampil dan cekatan dalam mengemukakan dan mempertahankan pendapat atau ide.

b.      Keberhasilan Pribadi
     Orang yang menguasai ilmu retorika dan terampil dalam memepergunakan bahasa, dapat mengalami banyak sukses dalam hidupnya, antara lain :
Ø  Mengalami kemudahan dalam proses berkomunikasi.
Ø  Pengertian terhadap orang lain semakin terbina.
Ø  Dapat terbina sikap batin yang positif terhadap sesama dan dunia sekitar, yang dapat memperbesar sukses dalam hidup dan karyanya.
Ø  Memperoleh kemungkinan lebih besar untuk menanam pengaruh.
Ø  Dapat berhasil dalam usaha-usaha pribadi.

c.        Tugas Jabatan
     Dalam membangun suatu tugas atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat memberi keuntungan-keutungan sebagai berikut :
Ø  Dapat mengemukakan pikiran secara singkat, jelas tetapi padat, sehingga mempermudah dalam meyakinkan orang lain.
Ø  Dapat membina relasi yang menguntungkan dengan organisasi, perusahaan, institusi atau partai-partai politik.
Ø  Memperkecil kemungkinan kesalahan komunikasi.
Ø  Memperluas pengetahuan, khususnya mengenai sumber-sumber informasi.
Ø  Membantu dalam memperluas orientasi dan wawasan pribadi.

d.      Kehidupan Pada Umumnya
     Secara umum penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan-keuntungan seperti berikut :
Ø  Menjadi lebih lincah dalam pergaulan dan komunikasi antar manusia.
Ø  Memberi kesempatan dan kemungkinan untuk mengontrol diri.
Ø  Dalam proses komunikasi yang sering orang dapat menjadi semakin terbuka terhadap diri sendiri dan orang lain.

2.6 Retorika Dan Pendidikan
     Retorika dapat dimanfaatkan secara terencana, maksudnya secara sadar diarahkan ke suatu tujuan yang jelas. Dalam hal ini pembicara banyak berpegang pada prinsip-prinsip yang digariskan oleh para ahli retorika. Pemanfaatan retorika terencana ini misalnya dalam bidang politik, bidang usaha, karyawan bahasa, bidang kesenian, dan bidang pendidikan.
     Dalam bidang pendidikan para pendidik dalam tugasnya sadar atau tidak banyak terlibat dengan retorika. Keterlibatan ini tampak dari usaha memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan. Misalnya bahan pelajaran yang bagaimanakah yang diperlukan anak didik? Bagaimana cara menyajikan agar anak didik tertarik? Pemanfaatan retorika secara terarah tampak lebih menonjol pada proses pengajaran dalam kelas. Dalam proses ini guru berusaha menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang telah dipelajari sebelumnya. Penerapan ini biasanya sesuai dengan jenis pelajaran yang disajikan, kondisi anak didik, situasi sekolah, keadaan ekonomi politik dan sosial yang sedang berlangsung. Misalnya pemakaian bahasa, pemakaian peraga hendaknya disesuaikan dengan anak didik dan kemampuannya. Semua usaha yang direncanakan ini merupakan proses penerapan retorika baik dilakukan secara sadar maupun tidak.
            Pengajaran yang tidak memanfaatkan retorika, dapat menimbulkan kebosanan sehingga perhatian anak didik tidak terfokus pada bahan yang disajikan. Dengan demikian sulit bagi anak didik untuk menghasilkan seperti apa yang diharapkan oleh pendidik. Oleh sebab itu sebaiknya para pendidik memanfaatkan retorika dalam proses belajar mengajar. Guru yang baik dalam memanfaatkan retorika dalam mendidik akan disenangi oleh anak didiknya dan dilain pihak mereka akan berhasil sebagai seorang pendidik.


2.7 Retorika Dalam Pidato 
2.7.1 Pengertian Pidato
          Pidato adalah suatu bentuk perbuatan berbicara di depan umum atau orang dalam situasi tertentu, untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu pula.
Tahap persiapan piadato yaitu:
1.      Memilih topik dan tujuan
     Sebelum kita berpidato kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang akan diharapkan dari khalayak kita. Dengan singkat kita memerlukan pokok bahasan (topik) dan tujuan.
2.      Mengembangkan bahasan
     Apabila topik yang baik sudah ditemukan, kita memerlukan keterangan untuk menunjang topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik dan mempermudah pengertian.
Sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, dapat dikemukakan empat macam pidato:
a.       Pidato Impromtu
b.      Pidato Manuskrip
c.       Pidato Memoriter
d.      Pidato Ekstempore

          Impromtu apabila kita menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato, pidato yang kita lakukan disebut impomtu. Bagi juru pidato yang berpengalaman impromtu memiliki beberapa keuntungan yaitu:
Ø  Impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan berbicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak dapat memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikan.
Ø  Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup.
Ø  Impromtu lebih memungkinkan kita terus berpikir.
Sedangkan kerugian dari pidato impromtu yaitu:
Ø  Impromtu dapat menimbulkan kerugian yang mentah.
Ø  Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar.
Ø  Gagasan yang disampaikan bisa “acak-acakan” dan ngawur.
Ø  Karena tidak adanya persiapan, kemungkinan “demam panggung” besar sekali.
          Manuskrip juga disebut dengan pidato naskah. Juru pidato membacakan naskah dari awal sampai akhir. Disini tidak berlaku istilah “menyampaikan pidato”, tetapi “ membacakan pidato”. Manuskrip diperlukan oleh kelompok nasional, sebab kesalahan kata dapat menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi pembicara. Keuntungan pidato manuskrip adalah sebagai berikut:
1.      Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat mnyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang.
2.      Pernyataan dapat dihemat.
3.      Kefasihan berbicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan.

4.      Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari.
5.      Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.

Ditinjau dari proses komunikasi, kerugiannya cukup berat yaitu :
1.      Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka.
2.      Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik.
3.      Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan.
4.      Pembuatannya lebih lama dan sekedar menyiapkan garis-garis besarnya (outline).

          Memoriter adalah Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.
            Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa out-line (garis besar) dan pokok-okok penunjang pembahasan (supporting points). Tetapi pembicara tidak mengingat kata demi kata.
 Keuntungan pidato ekstempore yaitu :
1.      Komunikasi pendengar dengan pembicara lebih baik.
2.      Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajian lebih spontan.

Kerugian dari pidato ekstempore yaitu :
1.      Persiapan kurang baik apabila diburu-buru.
2.      Pemilihan bahasa yang jelek.
3.      Kefasihan yang terhambat karena kesukaran pemilihan kata dengan segera.
4.      Kemungkinan menyimpang dari out-line, dan
5.      Tidak dapat dijadikan bahan penerbitan.












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Retorika dari bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo). Sedangkan menurut Aristoteles retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan secara persuatif dan objektif suatu kasus. Pada zaman Renaisance timbul dua aliran yaitu aliran humanisme dan ramisme. Retorika mencakup dua aspek yaitu, jalinan kata-kata dan pembawaan piadato dengan bahasa lisan maupun tulisan. Dengan demikian retorika mulai dari seni berbahasa lisan (pidato) ke seni berbahasa tulis. Pidato ialah  suatu bentuk perbuatan berbicara di depan umum atau orang dalam situasi tertentu, untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu pula.Tahap persiapan pidato yaitu memilih topik dan tujuan serta mengembangkan bahasan. Sedangkan jenis-jenis pidato ialah impromtu, manuskrip, memoriter, dan ekstemporer.
     Sejak ribuan tahun terbukti banyak orang menjadi ahli pidato karena mempelajari teknik berbicara dan tekun melakukan latihan berbicara. Mempelajari retorika membangun orang untuk menjadi pemimpin dan dalam proses komunikasi. Menguasai teknik dan seni berbicara tergantung dari usaha untuk mengembangkan kemampuan itu dan berusaha secara optimal untuk melatih diri.
     Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa (Linguistik) khususnya ilmu bina bicara (Precherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara yang mencakup : Monologika, Dialogika, Pembinaan Teknik Bicara.
     Pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang-bidang  seperti : Kemampuan Pribadi, Keberhasilan Pribadi, Tugas Dan Jabatan, dan Kehidupan pada umumnya. Sejarah retorika terbagi atas tiga periode zaman yaitu : Zaman Yunani, Zaman Romawi, Zaman Modern.
     Retorika Zaman Yunani dipelopori oleh Georgias. Georgias berasal dari kaum sofis yang menganggap bahwa manusia adalah “makhluk yang berpengetahuan dan Berkemauan”. Pada zaman Romawi terkenal tokoh orator yang memiliki suara dan bukunya yang berjudul “de Orator”.
Uraian singkat diatas kiranya telah cukup untuk dijadikan bahan pegangan dan pelajaran dalam rangka memahami Retorika dihadapan umum, segaligus dapat disimpulkan bahwa :
a.       Kemahiran berbicara dihadapan umum dapat dipelajari sebagaimana ilmu pengetahuan asalkan disertai dengan latihan-latihan, walaupun unsur nativisme (bakat) ikut menunjang.
b.      Semua pedoman diatas pada akhirnya kembali kepada para penutur itu sendiri untuk diolah, divariasikan denganberbagai cara sesuai dengan pengalaman-pengalamanyang diperolehnya.
c.       Kunci suksesnya terpantul kembali pada pribadi pembicara. Apabila pembicara adalah orang  yang telah Mempunyai reputasi baik, pandangannya, loyalitas, integritas dan semangatnya serta sifat sifat lain yang terpercaya maka jaminan kesuksesan pembicara untuk mempengaruhi orang lain atau mereka yang diajak berbicara. Sukses dalam mempengaruhi dengan jalan pendekatan persuasi agar yang diajak bicara, tertarik, faham kemudian  tergerak pada tindakan yang dikehendaki.

3.2 Saran
     Setelah memaparkan dan mempelajari materi yang dibahas didalam makalah ini yang berjudul “RETORIKA” para penulis dapat menyimpulkan pendapat. Oleh sebab itu disini para penulis ingin menyampaikan beberapa pendapat atau saran kepada mahasiswa khususnya kami selaku penulis makalah ini dan juga kepada seluruh para pembaca bahwa kita sebagai makhluk paling sempurna yang diberikan akal dan pikiran yang dilengkapi dengan mulut sehingga kita dapat berbicara dan berkomunikasi untuk menyampaikan ide dan pendapat yang ada didalam akal pikiran kita.
     Dalam berbicara, menyampaikan pendapat, dan berkomunikasi ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan kita pelajari sehingga dapat mempermudah dan memperlancar proses penyampaian pendapat dan komunikasi. Oleh sebab itu kita perlu mempelajari teknik dan taktik berbicara yang baik sehingga menimbulkan timbal-balik yang berkesinambungan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Teknik yang mempelajari tentang cara berbicara tersebut lebih dikenal dengan sebutan “RETORIKA”.
     Mempelajari retorika sangat bermanfaat bagi manusia dalam menjalani proses kehidapan sehari-hari. Terutama bagi para pemimpin yang sangat dianjurkan untuk mempelajari masalah retorika sehingga dapat mendukung kedudukannya sebagai pemimpin yang dituntun harus pandai dan ahli dalam menyampaikan pendapat dan berorasi sehingga mendatangkan banyak pendukung dan pengikut.
     Belajar retorika juga sangat mendukung bagi kesuksesan manusia dalam menjani kehidupan sehari-hari karna retorika adalah sebuah skill atau kemampuan yang sangat penting bagi kepercayaan yang masyarakat berikan dan menjadi nilai lebih dan pembeda antara masyarakat biasa dan masyarakat berpendidikan. Oleh sebab itu marilah kita sama-sama mempelajari masalah retorika untuk kesuksesan kita semua dalam kehidupan bermasyarakat.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar